Assalamualaikum Beijing!


Pengarang      : Asma Nadia
Ilustrasi Isi       : Fakhri Fauzi
Proof Reader : Tuarzuan AFC
Penerbit         : AsmaNadia Publishing House
Tahun              : 2014
ISBN               : 9786029055252
Kolasi             : viii, 342 hal; 20.5 cm

Ringkasan Isi :
 
Dewa
Dewa mengerti jika Ra terheran-heran.
Ini bukan hari mereka jadian, kenapa pemuda itu membawanya ke halte, tidak jauh dari kampusnya dulu? Ra sudah akan duduk, tetapi Dewa mengajak gadisnya berjalan sedikit lebih jauh. Suasana halte saat ahir pekan tidak terlalu ramai. Hanya satu dua mahasiswa tampak menunggu bus.
Dewa menuntun Ra berdiri, persis di tempat empat tahun lalu gadis mengangguk hingga kuncir satunya bergoyang. Wajah Ra yang biasanya tenang, saat itu sedikit tersipu. Semburat samar di pipi yang kemudian menjelma tawa, melihat betapa kocak kelakuan Dewa yang langsung melonjak dan berputar-putar kegirangan seperti anak kecil, setelah mendengar jawaban Ra.
 
Ashima
Jilbab warna cerahnya tertiup angin kencang yang mengembuskan hawa dingin November. Jauh dari suhu di Hong Kong beberapa jam lalu yang dingin, tetapi tak sampai menimbulkan kebas hingga sulit menggerakkan bibir, memaksa gadis itu merapatkan jaket tebal begitu keluar bandara.
Orang ketiga dan keempat bahkan melengos dan buru-buru melenggang tepat pada menit gadisberwajah ayu itu memulai percakapan dalam bahasa Inggris.
Begitu jauh dari tanah air. Debar di dada masih berlanjut. Dengan kendala bahasa, menemukan bus yang tepat tidak berarti dia langsung tahu waktu untuk melompat turun. Tentu saja saat memesan penginapan, Asma mengantongi peta lokasi , tetapi hanya nama perhentian bus. Dan, berapa lamakah dari bandara hingga sampai ke perhentian bus itu? Only twenty minutes.
  
Dewa dan Ra adalah busur anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta. Namun, arah angin mengubah Dewa. Sebagai busur, dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panah melesat tanpa daya.
Sebagai lelaki pengagum mitologi, Zhongwen ibarat kesatria tanpa kuda. Sikapnya santun dan perangainya gagah, tapi langkahnya tak tentu arah. Dia berburu sampai negeri jauh untuk mencari Tuhan sekaligus menemukan Asma, anak panah yang sanggup meruntuhkan tembok besar yang membentengi hatinya.
Dan di manakah Ra ketika dalam kegamangan Asma menelusuri Tembok China, menjejakkan kaki di pamakaman prajurit terakota dan menjelajah dunia dongeng si cantik Ashima dari Yunnan?
Dua nama, satu cinta. Ra yang mencampakkan Dewa. Asma yang berjuang melupakan lelaki berahang kukuh yang diam-diam memujanya. Bersama, mereka mencoba menaklukkan takdir yang datang menyapa.

Simak novel roman ini di perpustakaan SMA N 3 Yogyakarta
 

0 komentar: