Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Pengarang   : Tere Liye
Penerbit        : Gramedia
Tahun             : 2015
Tempat          : Jakarta
Kolasi            : 256 halaman
Kode Buku    : 899.221 LIYd
ISBN              : 9789792257809
Judul Seri       : Mega Best Seller
Abstrak          : 
Dear Tania,
Aku tak tahan lagi. Aku akhirnya bertanya, apakah dia masih mencintaiku. Apakah dia pernah ... pernah mencintaiku! Dia hanya diam tak menggeleng, tak mengangguk.
Ya Tuhan, menyakitkan sekali menatap wajah itu. Aku tahu dia dulu juga tak pernah menjawab pertanyaanku secara langsung saat kami masih pacaran, tetapi waktu itu dia selalu tersenyum kepadaku. Senyum yang menyenangkan. Setidaknya aku merasa jawabannya iya. Tapi sekarang, wajah itu menatap amat datar. Sejelas apa yang ada di hatinya ...
Aku bertanya, apa yang harus kulakukan. Dia beranjak sendiri. Memegang lenganku, menggeleng, "Tidak ada yang berdiri. Memegang lenganku, menggeleng. "Tidak ada yang harus kulakukan, Ratna." Aku bertanya, "Apa yang akan kulakukan? Dia menggeleng lagi, "Tidak ada yang akan aku lakukan, Ratna." Lantas dia pergi entah kemana, pulang larut sekali.
Aku sudah tidak sanggu lagi. Tania, aku memutuskan untuk pergi sejenak dari rumah ini. Aku akan pulang kerumah orang tuaku. Semuanya sudah amat menyesakkan. Kami harus berpisah beberapa waktu. Berpikir ulang atas semuanya, apakah kami akan melanjutkan pernikahan ini atau tidak.
Maafkan aku, Sayang. Aku membuat dia tidak bahagia. Membuat dia tidak nyaman. Maafkan kakakmu yang sebulan terakhir mengganggumu dengan e-mail e-mail menyedihkan ini. Maafkan kakakmu yang tak bisa bersabar lagi. Aku bukan istri yang baik untuk dia. Aku sungguh bukan istri yang baik ...
Tania, aku kangen kau. Ingin sekali berbincang hal lain yang menyenangkan. Bukan membicarakan segala kesedihan ini. Aku kangen waktu kita berbincang di pecinan. Waktu kita berbincang dirumah. Waktu semuanya masih terasa menyenangkan. Masa-masa yang menyenangkan itu. Aku kangen semuanya. Peluk sayang dari temanmu, kakakmu. 
Ratna.
Aku seminggu terakhir datang ke toko buku itu. Berdiri di lantai dua. Mengenang masa lalu bagai kaset yang berputar berulang-ulang. Mencoba merangkai kesimpulan yang akan kulakukan. Mencoba menyiapkan diri menghadapi pilihan yang tersedia.
Apa pun yang terjadi, tempat ini, lantai dua toko buku terbesar ini, akan selalu menjadi tonggak indah dalam hidupku. Di sinilah aku untuk pertama kalinya menemukan janji masa depan yang indah. Menatap kehidupa yang jauh lebih baik. Menatap kehidupan yang jauh lebih baik. Di sini juga aku menemukan pundk kokoh seseorang yang amat kucintai. Memahami energi besar dari sekedar menatap sejenak sepotong kehidupan di seberang jalan. Menumbuhsuburkan semua perasaan itu. Harapan-harapan yang tak pernah kumengerti kenapa harus datang bersemi di hati. Dan kenapa pula sekarang harus kubunuh untuk yang kedua kalinya?
Entahlah, setidaknya dengan berdiri sejenak seperti ini aku bisa mengenang semua masa lalu itu dengan lebih baik. Potongan cerita yang diberikan adikku seminggu lalu membuatku mengenang semua itu dengan cara yang berbeda. Semua itu seharusnya menyenangkan. Malam ini semua cerita harus usai.
........................................ 

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah ... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun. daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari pohonnya.



Simak bukunya 
di Perpustakaan Padmanaba
SMA Negeri 3 Yogyakarta

0 komentar: