Barcelona Te Amo : Masih ada sketsa rindu untukmu

Pengarang    : Kiriena Enno
Penyunting    : Widyawati Oktavia
Proofreader  : Rayina
Penata Letak : Erina Puspitasari
Penerbit         : Bukune
Tahun              : 2013
Tempat           : Jakarta
Kelas              : 899.221 ENN b
Subjek            : Novel - Indonesia
Kolasi             : vi, 266 p. ; 20 cm
ISBN               : 978602200901
Prolog        
Ia terbangun karena bunyi detak jam dinding. Matanya terbuka pelan-pelan dan mengerjap silau ketika larik-larik sinar matahari dari sela tirai jendela di seberang tempat tidur menyorot langsung ke matanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, kulitnya lengket. Ia bahkan bisa merasakan rambutnya yang biasanya lembut kini menempel ketat seperti sarang tawon di kepalanya. Lembab dan menggumpal. 
Ketika kesadarannya mulai terkumpul dengan baik dan otaknya menjadi lebih jernih untuk berfikir, ia baru menyadari bahwa dirinya berada di sebuah  kamar yang tak dikenalnya. Dindingnya tidak berwarna di sebuah cokelat susu, melainkan krem. Tirainya, alih-alih berwarna kuning bermotif bintang bintang ungu, justru polos dan berwarna emas.
Ini dimana ? Ia mulai resah dan mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Samar-samar, ia mulai mengingat pub yang ramai dan beraroma pekat asap rokok, tawa orang-orang di sekitarnya, denting gelas-gelas minuman, rasa pahit dan terbakar saat minuman beralkohol meluncur ke tenggorokannya. Ada tarian liar, senyum lebar, pelukan, ciuman panas, bisikan, desahan, dan sensasi tak terkendali.

Ia ingat laki-laki itu sekarang. Orang yang dicintainya. Perlahan-lahan, ia menggerakkan tubuhnya yang berbaring miring. Mengerang karena tulang-tulang terasa kaku, nyaris seolah-olah ia endengarnya berderak. Ia terlentang menatap langit-langit, tiba-tiba terkesiap ketika menyadari bahwa tak sehelai pakaianpun yang ia kenakan. Ia telanjang di atas ranjang itu meski separuh tubuhnya tertutup selimut.    
Tak perlu susah payah mencari, ia menemukan laki-laki itu di dapur, sedang berdiri memunggunginya. Kedua tangannya bersandar di bingkai jendela, dan tampaknya ia sedang melamun sambil menatap keluar. Belum menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya.
Ia menikmati momentum itu sejenak. Menatap punggung itu, merasakan kebencian dan cinta yang mengalir sama derasnya dari luka di hatinya. Ia mencintai laki-laki itu, bahkan sudah menyadari hal itu sejak mereka masih kecil. Perasaan benci sempat menghanguskannya ketika laki-laki itu memutuskan untuk pergi dari hidupnya dan mengejar seorang perempuan lain.
Tadinya, ia berpikir bisa mencari dan mencintai laki-laki lain. Namun, semalam, ketika mereka bertemu, minum-minum dan menari-nari liar bersama pengunjung lain di pub itu, ia menyadari bahwa cintanya tak berubah dan lebih menggelora.

Baca buku roman ini di perpustakaan SMA N 3 Yogyakarta  

0 komentar: