The True Story of China's Cleopatra

Pengarang    : Jonathan Clements
Penerbit        : Dastan
Tahun             : 2015
Tempat          : Jakarta
Kolasi            : 231 halaman
Kode Buku    : 823 CLE t
ISBN              : 9786022472070
Ringkasan    :
Sebelum Wu Zetian dilahirkan, ramalan sudah memperkirakan kalau ia akan menjadi seorang kaisar. Oleh karenanya, keluarganya kecewa begitu mendapati bahwa ia perempuan. Namun mereka memandang remeh tekad kuat Wu untuk berhasil. Di usia 13 tahun, ia terpilih menjadi selir kaisar Taizong yang sudah berusia 70 tahun. Wu dengan lihai menggunakan kecantikan, kecerdikan, kekuatan manipulasi dan bakatnya di ranjang untuk melapangkan jalannya menuju tampuk kekuasaan salah satu kekaisaran terbesar di zaman itu. 
Cantik, menawan, dan cerdik, Wu menyingkirkan semua yang tidak dapat dipikatnya, mengeksekusi musuh-musuhnya tanpa ampun, memanfaatkan kematian anaknya demi kepentingan politik, dan akhirnya menyatakan dirinya sebagai titisan dewi. Selama memerintah sekitar lima puluh tahun, ia menimbulkan skandal demi skandal yang terus diperdebatkan hingga sekarang. Wu sering kali digambarkan sebagai penguasa lalim sekaligus feminis yang dikekalkan dalam berbagai drama, buku, dan film, dicela karena perilakunya yang tidak bermoral sekaligus dipuji atas reformasi politiknya.
Lidah wanita
Bisa membuat pria kehilangan jabatan
Kata-kata wanita 
Bisa membuat pria kehilangan kepala

Sikap ini tercatat dalam Book of History, sebuah kronikel berlatar edukasional tentang para penguasa China kunp, yang dikaitkan dengan Konfusius. Meskipun bukan diliris olehnya, secara pokok-pokok cerita dalam buku ini merupakan pilihannya, dengan setiap kisahnya yang menekankan hal-hal yang ia anggap penting. Salah satu bagiannya merupakan peringatan mengenai memberi wanita kedudukan dalam kekuasaan. "Ayam betina tidak mengumumkan datangnya fajar, kokokan ayam betina di pagi hari menandakan kehancuran keluarga."
Konfusianisme menyoroti urutan alami dari segala sesuatu, sistem  patriarki konservatif yang mewajibkan anak-anak mematuhi orang tua, istri mematuhi suami, anak muda mematuhi orang tua, dan warga negara mematuhi penguasa. Jika sehala sesuatu berjalan dengan urutan seperti itu, dunia akan menjadi tempat yang harmonis dan alam semesta akan makmur.
 
Wu adalah perwujudan dari ketegangan dalam identitas China, dilahirkan dari perpaduan orang-orang agraris timur dan selatan dengan suku-suku nomaden dari utara dan barat. Dalam tradisi China, wanita diharuskan duduk diam dan bersikap patuh, suatu asumsi yang ditentang oleh posisi cukup bebas yang mereka nikmati di bawah pengaruh para penguasa utara. Wanita pada dinasti-dinasti utara dipandang berani. "Sudah menjadi tradisi bagi wanita untuk mengurus semua persoalan keluarga, menuntut keadilan dan memecahkan permasalahan hukum, menemui dan menjilat orang-orang yang berkuasa. Mereka memenuhi jalan dengan kereta kuda mereka. memohon jabatan resmi untuk putra mereka dan mengeluhkan ketidakadilan yang menimpa suami mereka.     


Baca buku ini 
di Perpustakaan SMA Negeri 3 Yogyakarta

0 komentar: