Sunset Bersama ROSIE

Pengarang        : Tere Liye
Penerbit            : Republika
Tahun                 : 2013
Kolasi                : iv, 426 p. ; 20.5 cm
No kelas            : 899.221 3

Sinopsis
Intro                   :

Aku tahu, saat membaca cerita ini, di tempat kalian mungkin sedang siang, sorem atau boleh jadi malah sebenarnya sedang senja, pukul 17.00. Matahari tengah beranjak tenggelam di kaki cakrawala, sayangnya tak nampak keindahannya karena terhalang gedung-gedung tinggi. Hanya rembulan kemerahan yang berpadu dengan cokelatnya langit kota terlihat memantul dari kaca - kaca raksasa, lempengan logam, dan tiang beton pencakar langit.Selamat pagi.
Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi: malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan. 
Senyap. Hanya embusan udara dari pendingin yang mendesis pelan melalui palka di ruangan tempat aku duduk sekarang. Jam digital bergerak detik demi detik tanpa suara. Lantai ruangan sepi. Aku membiarkan tirai jendela kaca terbuka lebar - lebar. Cahaya redup matahari senja menelisik sela-selanya. Mataku sejak lima belas menit lalu tidak terlampau memperhatikan betapa sibuk jalanan di bawah sana. Orang-orang bergegas pulang ke rumah masing - masing setelah seharian tenggelam dalam pekerjaan. Klakson mobil melenguh. Wajah-wajah lelah lelap. Asap knalpot membungkus jalanan. 
Nathan, suami Rosie, seminggu lalu sudah bilang, mereka akan merayakan ulangan tahun pernikahan mereka di pantai Jimbaran, bali. Makan malam di atas hamparan butiran pasir. Menatap matahari tenggelam dengan lilin-lilin menyala. Menyimak purnama bundar dan bintang gemintang menghias angkasa. Mereka sudah memesan meja khusus jauh-jauh hari, bergabung dengan ribuan turis yang biasanya memadati pantai tersebut. Ulang tahun perikahan yang ke - 13.
Nathan benar, keluarga mereka bahagia. Tiga belas tahun pernikahan dengan intensitas kebahagiaan tinggi, tanpa henti bagai mata air di kaki pegunungan yang memancar deras. Keluarga mereka dikaruniai empat gadis kecil yang bagai kembang di taman bunga. Anggrek, sulung Rosie dan Nathan bulan ini genap dua belas tahun. Wajahnya mewarisi gurat muka Rosie. Keibuan dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang mengisi waktu dengan membaca buku. Setiap kali aku berkunjung ke Lombok, maka tasku dipenuhi buku-buku pesanannya. 
Sakura, anak kedua Rosie dan Nathan, dua bulan lalu menginjak usia sembilan tahun. Sekecil itu ia lancar bicara empat bahasa asing, maksudku meski lancar tetap dengan kosa-kata yang terbatas. Kemampuan Sakura ini bisa dimengerti, karena Nathan dan Rosie mengurus resor kecil Gili Trawangan, Lombok. Resor yang dipenuhi turis dari Australia, Inggris, Jepang, dan Hongkong tak perduli musim apa pun.
Jasmine anak ketiga mereka, enam bulan lalu menginjak usia lima tahun. yang satu ini lebih pendiam apalagi dibanding Sakura. Jasmine pemerhati yang baik. Penurut. Tidak banyak membantah seperti Sakura. Berbeda dengan dua kakaknya, ia memanggilku paman. Menurutnya kata itu indah; paman. Meski pendiam, Jasmine seringkali melakukan hal-hal menakjubkan. Kalimat - kalimatnya selalu menyentuh. Aku pernah mendongak terharu saat gadis kecil itu memeluk leherku dan berbisik, "Seandainya, Jasmine punya empat paman seperti paman Tegar, maka Jasmine tidak perlu menunggu hingga larut malam untuk mendengar paman bercerita.
Novel ini tidak hanya menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah keluarga hebat di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya, kita memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari sebut dengan kamar 'pemahaman baru'
 
Selamat membaca novel ini hanya di perpustakaan PADMANABA
 
  
 

0 komentar: