Pernama dari Timur (Kisah Menakjubkan Sunan Ampel dan Sunan Gresik)

Pengarang     : Yudhi AW
Penerbit         : DIVA Press
Tahun              : 2011
Genre             : Novel - Sejarah
Kolasi             : 382 p. ; 20 cm
Sinopsis 
Intro                :
Persia, 1387 M. Di musim panas yang menggila. Puluhan ribu tentara berkuda dari Samarkand (Uzbekistan) merangsek  memasuki Pegunungan Persia Utara. Kedatangan mereka bagaikan siluman, secepat kilat laksana badai gurun yang mematikan, meninggalkan jejak-jejak kerusakan dan kebinasaan pada setiap wilayah yang dilewatinya. Debu - debu gurun beterbangan diporandakan oleh tapal-tapal kuda para Prajurit Samarkand yang sebagian dari mereka merupakan veteran tentara Mongol yang masih perkasa. Sisa-sisa kebesaran Persia tak mampu memendung serangan yang datang secara tiba-tiba itu. Persia Utara jatuh ke tangan penyerbu nan ganas.

Timur Lang nama pemimpin penyerbuan itu. Ia adalah seorang keturunan Turki yang dibesarkan di Samarkand dan Mongolia. Kehidupan keras yang ia alami semenjak kecil menjadikannya tumbuh sebagai lelaki buas dan haus darah. Timur Lang dibesarkan sebagai seorang muslim, tapi sifat kejam dan bengis yang melekat menjadikan dirinya musuh para ulama. Timur Lang adalah pemimpin barbar yang sangat membanggakan kekuatan dan kurang menghargai kemauannya jika tidak ingin meregang nyawa di tangannya. Ia telah menjelma hantu mengerikan bagi siapa saja yang berani menantangnya, termasuk kaum muslim sendiri.
Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama di negeri Persia yang tidak mau menuriti keinginan Timur Lang karena ia tak mau menuruti keinginan Timur Lang karena ia tak mau melakukan sesuatu yang tidak sesuai tuntunan agama islam yang ia taati. Maka, daripada harus tunduk kepada pemimpin yang brutal, Maulana Malik Ibrahim memutuskan untuk pergi meninggalkan Persia, tanah kelahirannya. Ia rela memutus semua kenangan indah di tanah kelahirannya demi harga diri agama yang ia pegang teguh pada relung terdalam. 
Selain sebagai seorang ulama, Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli pertanian yang ulung, terutama tentang ilmu pengairan. Orang-orang Persia memang telah mengenal ilmu pertanian dan irigasi yang baik semenjak dua ribuan tahun sebelum Masehi. Para leluhur Persia telah memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam ilmu pertanian. Kepiawaian dalam hal irigasi pertanian itu rupanya diwarisi oleh para putra Persia, termasuk Maulana Malik Ibrahim. Sebagai seorang ulama, ia memiliki ilmu pengetahuan agama yang dapat diandalkan. Namanya begitu harum dikenang oleh masyarakat Persia karena budi pekertinya yang baik dan rendah hati. Maulana Malik Ibrahim memang seorang ulama kenamaan di tanah kelahirannya.
Perjuangan sebagai seorang musafir pun dijalani Maulana Malik Ibrahim semenjak memutuskan pergi meninggalkan Persia. Ia meninggalkan negerinya, merelakan berpisah dengan keluarga daripada harus menggadaikan harga diri agama sekalian melakukan tugas suci, yakni menyebarkan adama Islam. Ia menempuh perjalanan jauh ke arah selatan hingga sampai ke Teluk Persia dan Biru Teduh.
Maulana Malik Ibrahim tidak sendirian. Ia meninggalkan Persia bersama dua orang sahabatnya, Syekh Ali Akbar dan Syekh Subakir. Syekh Ali Akbar adalah ulama yang memiliki kelebihan dapat berkomunikasi dengan makhluk halus sejenis jin. Namun, dibandingkan dua sahabatnya tersebut, Maulana Malik Ibrahim memilikiwibawa dan ilmu agama yang paling tinggi, sehingga ia menjadi panutan bagi keduanya. Mereka berlayar ke arah timur matahari terbit, melewati pantai-pantai di Timur Tengah selama beberapa minggu. Hingga kapal yang membawa mereka pada akhirnya merapat ke Pelabuhan Gujarat (India Barat) di mana banyak ulama terkemuka berkumpul di sana. Di wilayah India Barat ini, mereka berjumpa dengan orang-orang yang yang berasal dari berbagai belahan penjuru dunia, dari ujung timur hingga ujung barat. Para pedagang dari Maghrib (Maroko) di ujung barat Afrika hingga niagawan dari Cina di Asia Timur berkumpul menjadi satu di kota Gujarat. Para pedagang asing yang menetap di Gujarat memiliki kebiasaan dan bahasa sendiri, tapi mereka dipersatukan oleh satu kepentinganyang sama, yakni berdagang untuk mencari keuntungan.
Gujarat menjadi tempat tinggal yang menyenangkan bagi ketiga ulama dari Persia tersebut. Mereka bertiga hidup di sana dengan memanfaatkan keahlian masing-masing. Tugas utama sebagao juru dakwah mereka tunaikan kepada masyarakat di Gujarat. Dengan mengedepankan akhlak mulia dan teladan yang baik, ketiga ulama Persia ini mengajak orang-orang uslim Gujarat untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt. Sementara, orang-orang yang belum memeluk agama Islam diberinya pengertian tentang agama mulia ini hingga banyak di anatara penduduk pribumi yang memeluk agama Islam karena mereka bertiga.     

"Gusti kita adalah gusti Allah. Sebenarnyam hakikanya sama, hanya saja gusti Allah ini nantinya tidak kita sembah melalui patung, arca, atau benda yang lain. Kita cukup menyembahnya dengan cara yang lebih sederhana."
Dua tokoh besar yang juga merupakan sosok-sosok senior Wali Sanga tampil dalam novel yang sangat menarik ini. Dialah Maulana Malik Ibrahim atau yang sering dikenal dengan nama Sunan Gresik dan putra tertuanya, Raden Rahmat, yang kelak populer dengan sebutan Sunan Ampel!
Kisah hidup kedua legenda tersebut diangkat dengan cara yang pastinya Anda sukai. Sebab, di samping bertutur tentang perjuangan panjang dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, asal-usul nasab, serta petualangan mereka sejak masa kecil, novel ini pun berkisah banyak tentang sepak terjang keduanya dalam hubungannya dengan peta kekuasaan akhir Majapahit.
Bahkan, dengan gaya narasi yang mengalir lincah dan ceria novel ini berhasil menyembunyikan tak sedikit pesan moral ajaran - ajaran leluhurnya dengan sangat rapi, yang tentunya jauh kesan menggurui. 

Selamat membaca, hanya di perpustakaan PADMANABA




0 komentar: