O Sebuah Novel

Pengarang     : Eka Kurniawan
Editor             : Mirna Yulistianti
Proof Reader : Angka
No. Panggil    : 899.221 KUR o
Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama
Tahun             : 2016
Tempat           : Yogyakarta
Kolasi             : 470 p. ; 20 cm
ISBN              : 978602032559 
Subyek           : Novel Fiksi - Sastra 
Isi
Buku novel mengisahkan tentang seekor monyet bernama O,  bermimpi menjadi seorang manusia. O, mengenang semua keributan itu. Semua terjadi karena seekor monyet bernama Entang Kosasih memegang revolver berisi pelor di dalamnya. Itu tak jadi soal jika ia tak menodongkan revolver kepada orang-orang, termasuk kepada polisi pemilik revolver itu.
Dari dahan lamtoro, Entang Kosasih menodongkan revolver ke arah Si Polisi, membuat Si
Polisi cepat mengangkat tangannya dengan wajah dibikin pucat.
Entang Kosasih meletakkan satu jarinya.ke pelatuk. Membuat Si Polisi melompat dan bersembunyi di balik rongsokan rangka mobil yang tergeletak tak jauh di sana.
Monyet-monyet lain bersorak-sorai melihat Entang Kosasih memiliki mainan baru, sementara Si Polisi menggarul-garuk kepalanya, cemas dan pusing memikirkan bagaimana merebut kembali revolver tersebut tanpa harus membiarkan pelor bersarang di batok kepalanya. 
Perkara revolver dan polisi itu bukan hal paling mencengangkan mengenai Entang Kosasih, terutama bagi O. Seperti juga manusia, monyet mengenal hidup berkeluarga, setidaknya untuk kawanan monyet di Rawa Kalong. Seperti semua monyet di sana tahu, O mencintai Entang Kosasih dan demikian pula sebaliknya. Bahkan keluarga mereka sudah memutuskan bahwa perjodohan di antara mereka tak terelakkan.
O masih terlalu muda dan Entang Kosasih masih sedikit keblinger. Itu satu-satunya alasan yang membuat mereka tak segera menikah. Meskipun begitu, mereka selalu bertemu setiap hari, sebagaimana monyet-monyet muda yang dilanda cinta. Setiap sore ketika waktunya monyet-monyet belia harus menemui monyet-monyet tua dan mendengarkan dongeng mereka, O dan Entang Kosasih akan datang bersamaan sambil bergandengan tangan. Dongeng - dongeng itu nyaris tak tertanggungkan, terutama karena diulang-ulang dan hampir di semua bagian terasa membosankan. Selalu mengenai kisah Armo Gundul serta monyet-monyet leluhur mereka yang hebat dan gagah berani, yang mengiringi manusia membangun peradaban, dan tak ada yang lain.
Entang Kosasih tak pernah mengeluarkan komentar soal itu dan O selalu berpikir sang kekasih bersepakat dengannya. Hingga satu ketika, sepulang dari mendengarkan dongeng semacam itu dan mereka berpacaran di atas rongsokan kerangka mobil sambil bicara tentang kapan mereka akan menikah, tiba-tiba Entang Kosasih berkata yang membuat O hampir mati berdiri. "Aku akan mengikuti jejak Armo Gundul."


Baca buku ini di perpustakaan padmanaba sma negeri 3 yogyakarta 




















Baca buku ini di perpustakaan padmanaba sma negeri 3 yogyakarta 

0 komentar: