Persekutuan Misterius Benedict dan Dilema Sang Tawanan Jilid 3

Penulis          : Trenton Lee Stewart
Penerjemah  : Maria M. Lubis
Penyunting   : Nadya A.
Ilustrasi         : Ella Elviana
Penerbit        : Matahari
Tahun            : 2011
Kolasi            : 446 p. : ill ; 25 cm
Kelas             : 899.221.3
ISBN              : 9786028590280
Buku ketiga
Walaupun jumlah halamannya lebih sedikit, buku ke-3 ini memerlukan waktu lebih banyak untuk dibaca. Bahkan nyaris gak tamat, hup. Akhirnya saya melompati beberapa halaman. Mungkin karena sudah kehabisan energi ya atau karena model penceritaan, tokoh, hingga alurnya sama dengan buku sebelumnya. Kebosanan menerjang nih.
Padahal sebenarnya ini buku bagus. Jalan ceritanya sama dengan buku sebelumnya. Bagaimana Reynie dan kawan-kawan menghadapi anak buah Mr. Curtain. Misinya masih sama, mencegah Mr. Curtain menggunakan mesin pembisiknya untuk kejahatan. Mr. Benedict sendiri yang menyimpannya di bawah tanah berikut komputer-komputer. Tak ada satupun yang boleh menyentuhnya. Dijaga dengan penjagaan super ketat.
Tapi nggak seru dong kalau Mr. Curtain nggak berhasil membobol. Nah, petulangan pun dimulai dengan ulah Mr. Curtain yang berhasil menculit Reynie dan kawan-kawan lalu mengambil Sang Pembisik. Seperti halnya Persekutuan Benedict yang makin pintar, maka Mr.Curtain pun makin canggih. Ia bisa mensabotase listrik. Anak buahnya pun makin tangguh.
Seru-seruan kembali dimulai. Masing-masing kelompok mengeluarkan kelihaiannya. Sayangnya di buku ini adegan kelahinya sudah makin keras dan ganas. Jadi buku ini sudah bukan buat buku anak usia muda lagi. Ya, mungkin lebih cocok untuk usia 12 tahun ke atas. Alat yang dikeluarkan Mr. Curtain udah mulai sadis misalnya sarung tangan pelumpuh, setrum dan lain-lain.
Ada hal yang cukup mengganjal, yakni hal-hal yang tidak logis misalnya kemampuan Constante yang sepertinya kurang masuk akal untuk anak seusia balita seperti dia. Sehingga membuat banyak unsur kebetulan yang sebetulnya malah bikin cerita nggak logis. Tapi ya namanya juga dongeng fiksi. Alurnya pun sudah makin longgar sehingga tak semenarik buku pertama. Namun pendeskripsian latar dan adegan masih cukup apik. Pemilihan diksi-nya pun keren.

Buku ini dapat dibaca di perpustakaan sma negeri 3 yogyakarta

0 komentar: