Merintihlah dalam Tahajjudmu

Pengarang    : Haidar Hibsy Ifala
Editor            : Arini Hidajati
Tata Sampul : Ferdika
Tata Isi           : Lestari
Penerbit        : Najah
Tahun             : 2012
Tempat          : Yogyakarta

Kolasi            : 443 hal ; 24 cm
ISBN              : 9786021913093
Ringkasan    : 

Pagi menjelang siang yang mendung tak menyurutkan ingar bingar suasana Kota Yogyakarta. Kendati langit tak cerah,namun hati Gadis Ayu itu sungguh tampak bersemangat dan bahagia. Sebuah BMW krem metalik AB 14 EV meluncur perlahan dengan penuh wibawa memasuki salah satu gerbang pekarangan. Sebuah pekarangan yang cukup luas, kurang lebih empat ribu delapan ratus meter persegi. Di sana berdiri megah istana mungil bergaya Spanyol itu tampak dirimbuni oleh kebun yang hijau dengan pohon-pohon hias beraneka bunga merindang menghias warna-warni memenuhi hajat jiwa mempesona. Pohon - pohon hias itu tertata rapi oleh tangan seorang tukang kebun. Lek Paidi, begitu biasa Eren Varelas, Gadis Ayu Putri sang majikan itu memanggilnya. Yah! Putri sang majikan. Gadis Ayu yang bermata biru bak bidadari itu bernama lengkap Eren Vera Ayu Lesmana, namun dalam akta kelahiran nama itu hanya ditulis dengan Eren Varelas saja. Agar lebih keren, itu maksud sang pemberi nama. Haerani, nama lahirnya. Nama itu pemberian Eyang Kakung tercinta. Akan tetapi, papi-maminya telah merubah nama itu menjadi sebuah nama yang manis dan indah menurut mereka : Eren Varelas.
Rumah mewah bak istana mungil bergaya Spanyol itu tidak berdiri sendiri di sana. Sedikitnya lima puluh tujuh rumah-rumah mewah itu berdiri kokoh dengan asri dan teratur. Perumahan elit. Begitu warga sekitar menyebutnya. Penghuninya yang rata-rata keluarga tajir yang ekonominya melangit itu juga disebut kaum the have atau kaum jetset yang bergelimang materi. Oleh karenanya, tak usah heran jika di bagian halaman belakang rumah-rumah mewah milik mereka itu masing-masing dilengkapi dengan sebuah kolam renang mewah pula.

Di tengah dinginnya dini hari ini, sulit bagi Faiq untuk meninggalkan permunajatan cintanya terhadap Dzat Snag Pencipta alam semesta, sebagai wujud rasa syukurnya sebagai seorang hamba. Qiyamullail yang sudah mendarah-daging dalam jiwanya seakan menjadi penyesalan seumur hidupnya jika terlewatkan begitu saja. Demikian pula pada dini hari ini, ia pun telah telah terbangun dari buaian mimpinya yang indah, dan ia pun bersegera menyucikan diri di sebuah padasan tua berlumut yang bertengger kokoh di atas penyangganya di area sumur belakang dapur tua reot itu. Dingin menyegarkan air padasan itu. Menyejukkan hati dan raga. Dibentangkannya sajadah beludru di atas lantai tanah yang dialasi selembar kardus tua. Kemudian munajat cinta itu segera dipersembahkan ke hadirat Rabbi. Sebelas rakaat untuk meraih cinta yang sejati dan abadi. Suara jangkrik yang diselingi kesunian malam ini. Suara jangkrik yang diselingi suara ringkik kuda seakan memecah kesunyian malam. Satwa malam seakan turut bertahajjud, bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertasbih bersama insan-insan yang beruntung mendapat petunjuk dari Sang Khalik.

Baca buku novel roman ini di perpustakaan SMA Negeri 3 Yogyakarta.

   

0 komentar: