Dinamika Kampung Kota : Prawirotaman dalam Perspektif Sejarah dan Budaya

Penulis           : Sumintarsih
                          Ambar Arianto
Penerbit         : Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta
Tahun              : 2014
Di                    : Yogyakarta
Kolasi             : x, 148 p. : ill ; 24 cm
Ringkasan Isi :
Dalam penelitian menyebutkan bahwa Kampung Prawirotaman sudah ada sejak tahun 1900-an. Awalnya, keberadaan kampung Prawirotaman dikenal sebagai kampung batik, karena sebagian besar warga kampung bergerak di usaha pembatikan. Kini, sejalan dengan perkembangannya, Kampung Prawirotaman berubah menjadi kampung wisata dengan ciri yang sangat mudah dilihat adalah tumbuhnya hotel-hotel di kampung tersebut. Kehadiran turis mancanegara yang lalu - lalang di setiap harinya semakin menunjukkan Kampung Prawirotaman sebagai kampung wisata. Otomatis, aktivitas wargapun mengalami perubahan, yaitu semula bekerja di usaha pembatikan, kini bekerja di usaha perhotelan.  
Kampung Prawirotaman merupakan kampung yang berada sekitar 5  kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Kawasan Kapung Prawirotaman dikenal sebagai kampung wisata Internasional, selain Kampung Sosrowijayan. Berdirinya kampung ini memiliki sejarah yang panjang. Wajah kampung yang bermula sebagai kampung budaya (kerajinan batik, tenun), kemudian beralih ke industri pariwisata (perhotelan), merupakan sebuah kreativitas para penghuninya untuk tetap bertahan sebagai pelaku ekonomi mandiri. Sekarang Kampung Prawirotaman telah berkembang sedemikian rupa dan mendapatkan predikat sebagai kampung Internasional. Bagaimana sejarah munculnya Kampung Prawirotaman.
Kemunculan Kampung Prawirotaman sekitar abad ke-19 terdapat kawasan hunian di sebuah perkampungan yang dihuni oleh sekelompok prajurit Kraton Kasultanan Yogyakarta yang bernama Prawirotama. Prajurit Prawirotama ikut berperang membantu Sultan Hamengkubuwono melawan penjajah Belanda. Keterlibatan prajurit Prawirotama dalam melawan penjajah mendapat perhatian dari Sultan, dan oleh Sultan diberi hadiah sepetak tanah di bagian selatan kraton kasultanan, yang kemudian tempat itu disebut Prawirotaman. 
kampung Prawirotaman selanjutnya menjadi tempat bermukim trah keturunan prajurit Prawirotama. Di tempat tersebut kemudian terdapat trah-trah keturunan prajurit Prawirotama, yang menggunakan Prawiro. Beberapa nama keluarga Trah yang cukup dikenal menggunakan Mertoprawiro, Pdeksoprawiro, Gondoprawiro. Trah ini terkenal dan dikenal dengan baik oleh sebagian besar warga Prawirotaman. Hal ini dikarenakan mereka ini di samping menjadi panutan, keturunan abdi dalem, juga pengusaha batik cap yang telah memberikan label Prawirotaman sebagai kampung batik.
Pada masa perjuangan melawan Belanda tahun 1948, di Kampung Prawirotaman banyak warga yang ikut berjuang melawan Belanda dengan membentuk laskar yang bernama 'Hantu Maut'. Satu di antara keturunan Prawirotama menjadi penggerak pasukan Hantu Maut yang bernama Tulus Mulyohartono yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Rukun Kampung (RK) Prawirotaman yang pertama. Di depan rumah Tulus terdapat monumen pasukan Hantu Maut. Selanjutnya dari trah Prawirotaman ini banyak yang terlibat aktif dalam kepengurusan Kampung Prawirotaman.
Sekitar tahun 1960 - 1970 an batik Prawirotaman berkembang dan terkenal, sehingga Prawirotaman mendapatkan sebutan Kampung batik. Trah - trah Prawiro itulah yang dikenal sebagai juragan-juragan batik. Warga sekitar banyak yang bekerja sebagai buruh pembatik dirumah -rumah juragan batik. Sekitar tahun 1960 an, para pengusaha batik juga memproduksi kain tenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) Sayangnya kejayaan Prawirotaman sebagai pusat produsen kain batik, dan tenun pelan - pelan mulai meredup. Meredupnya usaha tenun dan batik dikarenakan beberapa faktor : (1) subsidi kain putih (mori bahan untuk membatik) dicabut oleh pemerintah sehingga para pengusaha kesulitan mendapatkan bahan mori, (2) pergeseran pemakaian kain batik dalam berbagai keperluan (adat, busana) telah menurunkan permintaan, (3) ada juga yang menyebutkan serbuan kain dari cina yang harganya lebih murah di pasaran telah menyurutkan produksi kain batik Prawirotaman.    


Baca buku ini di perpustakaan PADMANABA
  

0 komentar: