Belajar Kearifan Dari Anak - anak

Pengarang   : Yuli Fajar Susetyo
Editor            : Nurul Kusuma
Layout           : Aditya
Penerbit        : Graha Cendekia
Tahun             : 2014
Tempat          : Bogor
Genre            : Psikologi
Kelas             : 370.15 SUS b
ISBN              : 9786021285459
Ringkasan     :
Belajar Kearifan Dari Anak - anak : "Orangtua adalah pendidik anak-anaknya dan anak adalah fasilitas dari Tuhan untuk mendidik para orangtua". Belajar kearifan dari anak-anak dimaknakan sebagai menemukan makna pesan kearifan dari mereka dan menemukan makna pesan kearifan dari mereka dan menemukan 'insight' tentang diri sendiri dan bagaimana seharusnya menjadi orang dewasa. Pikiran, sikap dan perilaku seorang ayah tidaklah selalu benar. Penulis bahkan terus terang seringkali merasa malu dan kaget dengan kearifan anak-anaknya. Sejatinya, merekalah salah satu sumber yang tidak habisnya bagi kita, orangtua, untuk belajar menjadi lebih baik.
Kesemua kisah di dalam buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis bersama lima anakknya, Agiet, Jati, Hanum, Riris dan Raras. Pemaparannya lebih menekankan sudut pandang seorang ayah sehingga kadang peran ibu menjadi tidak kentara, walaupun sebenarnya peran ibu mereka sangatlah berarti dan luar biasa. Hal tersebut semata-mata dibuat untuk menguatkan gambaran peristiwa yang terjadi antara penulis sebagai seorang ayah dan anak-anaknya.
Topik bagaimana mendidik anak adalah topik yang tidak habis untuk di bahas. Sudah ada ratusan bahkan ribuan buku yang berusaha untuk mengupas. Namun, ada satu hal yang seringkali tertinggal dalam bahasan tersebut yaitu bahwa di dalam proses mendidik anak terdapat pula proses orangtua belajar dari anak - anak.
Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif yang diulas dari perspektif psikologi. Peristiwa seperti sabar-nak bapak belum gajian, gadis kecilku mengkhawatirkan bapaknya, dan cahaya di malam itu menunjukkan bahwa anak-anak adalah fasilitas yang diberikan Tuhan untuk mendidik orang dewasa menjadi lebih bijaksana. Di sisi lain, peristiwa seperti kue ulang tahun dan airmata anakku, dicuekin guru seharian, anakku (bukan) juara kelas, lebih cemas dari anakku, belajar sampai pukul 23.00 wib pun tidak berarti, dan kepercayaan diri anakku menunjukkan dinamika unik kebersamaan anak dan orangtua sebagai sarana untuk mencapai perkembangan psikologis yang lebih matang.

0 komentar: