KUBAH

Pengarang   : Ahmad Tohari
Penerbit        : Gramedia
Tahun             : 2012
Tempat          : Jakarta
Kolasi            : 211 halaman
Kode Buku    : 899.221 TOH k
Abstrak          : 
Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. 
Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.
Masjid Haji Bakir makin tua seperti usia pemiliknya. Temboknya rapuh dan tampak retak-retak di sana-sini. Ubin di serambi banyak yang lepas. Langit-langit yang terbuat dari bilik bambu banyak yang sudah kendur, keropos oleh air yang menetes dari genting yang pecah. Serta kubah masjid itu! Bila angin bertiup, akan terdengar suara derit seng yang saling bergesekan. Rupanya sang membentuk kubah banyak yang lepas dari patrinya, atau aus termakan karat.
Para jamaah sepakat hendak memugar masjid itu. Pikiran demikian makin mendesak karena jumlah jamaah terus bertambah banyak. Tanpa membentuk sebuah panitia, pekerjaan itu dimulai. Semua orang mendapat bagain menuntut kecakapan masing-masing. Karman memberanikan diri meminta bagiannya. ia menyanggupi membuat kubah yang baru bila tersedia bahan dan perkakasnya. Ketika tinggal dalam pengasingan Karman pernah belajar memateri dan mengelas.

Keinginan Karman mendapat sambutan. hasyim menjual tiga ekor kambing untuk membeli bahan-bahan pembuat kubah serta biaya sewa alat-alat las dan patri. Tetapi Karman menganggap pekerjaan membuat kubah itu sebagai kesempatan yang istimewa. Se-sen pun ia tak mengharapkan upah. Bahkan dengan menyanggupi pekerjaan itu ia hanya ingin memberi jasa. Bagaimana juga sepulang dari pengasingan ia merasa ada yang hilang pada dirinya. Ia memperoleh kembali bagian yang hilang itu. Bila ia dapat memberi sebuah kubah yang bagus kepada orang-orang Pegaten, ia berharap memperoleh apa yang hilang itu. Atau setidaknya karman bisa membuktikan bahwa dari seorang bekas tahanan politik seperti itu masih dapat diharapkan sesuatu!

Silahkan membaca buku ini di 
Perpustakaan SMA Negeri 3 Yogyakarta


0 komentar: